Search

Dilema Kuli Bangunan Pertahankan Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan bagi kuli bangunan dirasakan cukup berat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puasa bagi sebagian orang dirasa cukup memberatkan karena profesi. Pekerja bangunan, Joko (45), misalnya. Dia mengaku tidak berpuasa. Alasannya, pekerjaan yang dilakoninya menuntut untuk memperbanyak minum. Pasalnya, dia bekerja di bawah terik matahari sejak pukul 09.00-17.00 WIB, Rabu (15/5). 

"Puasa sih pas awal-awalnya doang. Tapi sejak kerja nggak kuat lagi," kata pria asal Cilacap, Jawa Tengah itu. 

Dia menambahkan, jika dirinya ikut berpuasa, dikhawatirkan ritme kerjanya menjadi lebih lambat. Sehingga pekerjaannya tidak selesai pada batas waktu yang ditetapkan. "Ini (proyek) harus selesai sebelum lebaran. Kalau lemas takutnya nanti nggak keburu kerjaannya," ucap Joko. 

Saat ini Joko sedang mengerjakan proyek trotoar di dalam Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Proyek tersebut telah dimulai 9 Mei hingga dua pekan setelahnya. "Ini kan (trotoar) mau dipakai buat mudik," ujarnya. 

Sedangkan Aswani (46) mengaku, bekerja sebagai tukang bangunan merupakan hal yang cukup berat. Tak jarang dia harus lembur hingga pukul 22.00 WIB. Dia mengaku, jangankan soal puasa, untuk istirahat pun juga terbatas. "Lembur, selain biar cepet kelar, juga buat tambah penghasilan. Lumayan kan Rp 200 ribu sehari. Hitung-hitung buat lebaran nanti," ujarnya.

Meskipun tidak berpuasa. Mereka berdua mengaku, sebenarnya tetap ingin menjalankan ibadah puasa. "Tapi keadaannya bagaimana lagi, daripada sakit kan?" ucap Joko.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2YsI6sh

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dilema Kuli Bangunan Pertahankan Puasa Ramadhan"

Post a Comment

Powered by Blogger.