Search

Tantangan Komunitas Muslim di Islandia

Perkenalan Islandia dan Islam pertama kali terjadi pada 1627

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam ternyata tumbuh juga di Kutub Utara, tepatnya di Islandia. Perkenalan Islandia dan Islam pertama kali terjadi pada 1627, ketika bajak laut asal Afrika Utara menguasai sebagian wilayah Islandia termasuk pesisir sebelah barat daya, yaitu Vestmannaeyjar dan di bagian timur, yaitu Fjords.

Peristiwa ini dikenal dalam sejarah Islandia sebagai Tyrkjaránið atau “penculikan Turki”.  Kini, Islandia menjadi rumah bagi sekitar 1.200 Muslim.

Sebanyak 300 di antaranya merupakan penduduk asli Islandia. Sedangkan, sisanya kebanyakan imigran atau warga asing yang jadi mualaf.

Pada April 2009, dua warga asli Islandia yang menjadi mualaf melangsungkan pernikahan, yaitu Hjalti Bjorn Valthorsson dan Gunnhildur Aevarsdottir. Pernikahan itu dipandang sebagai tonggak penting bagi komunitas Muslim di Islandia karena menandakan mulai berakarnya penganut Islam dari warga lokal Islandia.

Meski hidup dalam banyak keterbatasan, Muslim Islandia tidak menyerah dalam melaksanakan ibadah. Islandia, misalnya, tidak memiliki masjid. Namun, sejak 2002, kaum Muslimin memiliki tempat ibadah di lantai tiga sebuah bangunan perkantoran di Ármúli 38, Reykjavík.

Tempat inilah yang digunakan setiap harinya untuk melaksanakan shalat berjamaah dan shalat Jumat. Saat ini, Asosiasi Muslim Islandia sedang mengajukan izin pendirian masjid kepada pemerintah Kota Reykjavík. Namun, belum juga disetujui karena masalah tanah yang masih sengketa.

Tantangan Muslim Islandia lainnya adalah iklim negeri ini yang unik dibanding negara lain. Pada musim panas, siang hari berlangsung sangat panjang. Bahkan, ketika memasuki bulan Juni, matahari di Islandia hampir sama sekali tidak tenggelam dan terus terang benderang.

Keadaan ini cukup mengganggu ketika Ramadhan tiba. Para ulama di Islandia akhirnya memperbolehkan Muslim untuk membatalkan puasanya sebelum matahari tenggelam.

Walau jumlah Muslim di Islandia sedikit, namun Islandia termasuk negara yang tidak menolak praktik penyembelihan hewan menurut Islam. Sementara, negara-negara Barat kebanyakan menolak ketentuan tersebut. Banyak rumah pemotongan hewan di Islandia yang menyediakan daging halal, misalnya, di Selfoss, Hvammstangi, dan Saudárkrókur.

Pemerintah Islandia menilai, metode penyembelihan hewan ternak menurut Islam justru metode yang paling tepat. Metode itu memenuhi semua standar yang mengindahkan perlakuan manusiawi pada hewan.

Rumah pemotongan hewan di sana tidak hanya memotong leher hewan ternak tersebut, namun juga menghadirkan seorang Muslim untuk membacakan doa sebelum penyembelihan dilakukan. Setelah itu, semua daging akan diberikan sertifikat.

Islandia juga adalah negara yang memberikan pengakuan kepada negara Palestina. Dengan demikian, Islandia menjadi salah satu negara Eropa Barat yang mengakui negara Palestina.

Parlemen Islandia mengakui negara Palestina dengan batas-batas wilayah sebelum perang 1967. Pengakuan Islandia ini diumumkan setelah beberapa hari sebelumnya bendera negara Palestina dikibarkan untuk pertama kalinya di markas besar UNESCO di Paris.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2QknG0E

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tantangan Komunitas Muslim di Islandia"

Post a Comment

Powered by Blogger.