Search

Ketika Lelucon Halloween Berubah Jadi Teror Seram

Penonton seperti membaca salah satu buku RL Stine.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Trick or treat!". Kalimat itu biasa diucapkan pada hari Halloween. Anak-anak di sejumlah negara merayakan momen tersebut dengan berdandan seram dan berkeliling dari rumah ke rumah agar mendapat permen dan camilan dari para orang tua.

Pada momen sama, pekarangan dan seantero kota juga dihias dengan dekorasi mengerikan. Mulai dari monster, orang-orangan sawah "Scarecrow", monster labu "Jack O'Lantern", penunggang kuda tanpa kepala, yeti, mumi, manusia serigala, penyihir, dan kurcaci jahat.

Gawatnya, seluruh properti Halloween itu mendadak hidup dan mengacaukan kota. Semua bermula dari buku misterius yang ditemukan dua sahabat, Sonny (Jeremy Ray Taylor) dan Sam (Caleel Harris) di sebuah rumah tua.

Keduanya kelabakan dan segera meminta bantuan dari kakak Sonny, Sarah (Madison Iseman). Bisakah mereka mencari jalan keluar dari teror itu, sekaligus menyelamatkan ibu mereka, Kathy (Wendi McLendon-Covey), dari bahaya yang mengancam?

Film Goosebumps 2: Haunted Halloween sudah tayang di Indonesia mulai Jumat (12/10). Karakternya diadaptasi dari buku serial Goosebumps karangan RL Stine. Namun, alur sekuel lanjutan dari film Goosebumps (2015) ini merupakan naskah orisinal yang ditulis Rob Lieber.

Sinema horor arahan sutradara Ari Sandel tersebut cocok disimak penonton remaja. Sejumlah masalah khas siswa sekolah bisa ditemui dalam cerita, seperti tokoh Sarah yang menyiapkan esai masuk universitas, Sonny yang berkutat dengan proyek sains, atau Sam yang menghadapi perisakan.

Sepanjang durasi 90 menit, penonton seperti membaca salah satu buku RL Stine yang sudah diterbitkan lebih dari 400 juta eksemplar di seluruh dunia, tetapi dengan gaya baru. Sebagai bonus, ada sosok RL Stine sendiri yang diperankan aktor Jack Black.

Sayangnya, sinema kurang mengena sebagai horor ataupun sebagai komedi. Menontonnya memang lumayan menyenangkan, tetapi kurang bikin merinding. Film sekadar mengobati kerinduan pada buku serial Goosebumps, tetapi masih banyak celah cerita yang tak cukup memuaskan.

Misalnya, penyelesaian konflik yang terkesan terlalu sederhana, sosok RL Stine yang seolah 'kurang berguna', dan keseraman yang setengah-setengah. Film pun hanya mendapat nilai rendah di laman Rotten Tomatoes, hanya 37 persen saat tulisan ini dibuat.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2CbluVh

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Ketika Lelucon Halloween Berubah Jadi Teror Seram"

Post a Comment

Powered by Blogger.