Search

Kejayaan Masa Lalu dan Perubahan di Perancis

Saat ini Indonesia pun terus melakukan berbagai perubahan selaras perkembangan zaman

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Jimmy Gani

Alhamdulillah.

Teringat sekitar 34 tahun lalu saya mengikuti ayah untuk berangkat ke Washington DC, Amerika Serikat, dalam rangka penugasan beliau sebagai diplomat. Kami sempat mampir dan berkunjung ke Kota Paris dalam perjalanan dari Indonesia menuju Amerika Serikat itu.

Sebagai seorang anak remaja yang banyak keingintahuan, tentu kenangan tersebut memberikan kesan tersendiri terhadap Kota Paris dan negara Perancis yang sudah begitu majunya. Indonesia pada saat itu masih berkutat dengan banyak problematika pembangunan dan berada dalam tahapan sebagai negara berkembang. Tentunya meilhat Paris yang begitu banyak bangunan megahnya, memberikan kenangan tersendiri terhadap arti dari kemajuan suatu bangsa bagi seorang remaja seperti saya saat itu.

Kenangan tersebut seolah kembali lagi pada benak saya dalam kunjungan ke Perancis kali ini. Memang sudah beberapa kali kami mampir lagi ke Perancis dalam beberapa tahun terakhir, tetapi belum sempat berkontemplasi terhadap apa yang dilihat karena waktu kunjungan yang begitu singkatnya. Kali ini saya dan istri , Roesfini Damayanti (Iin), berkunjung untuk waktu yang relatif lama, sekitar 5 hari. Kunjungan pada 3 hari pertama kami habiskan di Kota Dijon -- sekitar 300 km dari Kota Paris. Misi utama kami adalah berkunjung ke Burgundy School of Business, karen ada jalinan  kerja sama dengan sekolah tinggi yang kami pimpin, IPMI Internasional Business School.

Pada hari ketiga, kami pun berpindah kota menggunakan kereta cepat TGV menuju Paris. Baru pada hari kelima melanjutkan perjalanan ke Dubrovnik, Croatia, untuk mengikuti konvensi tahunan Eduniversal 2018 dimana para pimpinan sekolah bisnis dari seluruh dunia berkumpul.

Dalam kesempatan ke Dijon, kami mendapatkan banyak cerita dari Dr Stephan Bourcieu, Dekan Burgundy School of Business, yang menceritakan betapa perubahan terjadi di Kota Dijon, ibu kota Provinsi Burgundy. Stephan bercerita bahwa Dijon merupakan kota tua yang sekitar 200 tahun lalu memiliki peran besar terhadap ekonomi dan politik Perancis. Dalam ceritanya tersebut, Stephan mengatakan bahwa pemimpin Burgundy pada saat itu bahkan bisa lebih besar kekuatan kekuasannya dari Raja Perancis sekalipun, berkat kekuatan perekonomiannya yang ditopang oleh industri wine dan spirit. Perguruan Tinggi yang telah dipimpinnya selama 12 tahun terakhir itu didirikan pada tahun 1899 oleh seorang filantrofi yang beringinan untuk dapat menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk mengelola usaha yang berkembang di Dijon.

Tentunya kejayaan masa lalu Dijon dan Burgundy ini tidaklah abadi. Mereka juga mengalami masa-masa yang tidak mudah, yang mengharuskan mereka berubah. Saat ini Dijon berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa. Di kota ini juga  banyak menetap sejumlah mahasiswa asing dari berbagai negara. Hal ini berkat dari mulai dibukanya pelaksanaan pendidikan tinggi menggunakan bahasa Inggris, yang merupakan hal baru bagi Perancis. Secara tradisional, mereka sangat nasionalistik dan cenderung mempertahankan Bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar dalam pendidikannya. Ini merupakan perubahan yang cukup mendasar, mengingat pride masyarakat Perancis yang tinggi terhadap bahasa dan budaya nya. Namun mereka menyadari, tanpa perubahan ini mereka dapat tenggelam dalam persaingan global yang semakin sengit

Pada hari ketiga kami di Perancis, kami sudah berangkat dari Kota Dijon menuju ke Kota Paris pada pukul 9 pagi waktu setempat. Perjalanan yang memakan waktu kurang dari 2 jam ini dilalui dengan nyaman dan lancar. Sesampai di Paris, kami dijemput oleh Pak Hengki, sopir yang dikirim Bu Rani dan Pak Agung Kurniadi, Wakil Dubes (Deputy Head of Mission) RI di Perancis. Tempat pertama yang kami tuju adalah istana Versailles yang sangat terkenal megahnya di luar kota Paris. Begitu ramainya antrian untuk masuk ke dalam istana ini, kami harus menunggu sekitar 2 jam untuk dapat memasuki wilayah istana. Walaupun cukup melelahkan, pengalaman untuk keliling di dalam lingkungan istana memberikan pembelajaran terhadap bagaimana Perancis di masa lalu. Isi dalam istana Versailles ini begitu megah dan mewah, menggambarkan betapa jayanya Kerajaan Perancis pada zaman itu. Para bangsawannya mampu untuk memiliki tempat tinggal yang begitu luas dan dipenuhi oleh barang-barang dengan nilai artistik tinggi. Tidak bisa terbayang berapa nilai istana beserta isinya apabila dihitung saat ini.

Pembelajaran terhadap kejayaan Perancis ini berlanjut lagi pada saat kami berbincang-bincang dengan kawan kami Ibu Rani dan Pak Agung, di kediaman resmi Wakil Duta Besar RI di Perancis. Dari mereka kami mendapatkan banyak pelajaran betapa Perancis saat ini sedang mengalami banyak perubahan. Sejak krisis tahun 2008, negara-negara Eropa memang mengalami stagnansi pertumbuhan ekonomi, bahkan terjadi penurunan di banyak negara. Perancis masih beruntung karena dapat mengandalkan pemasukan devisa melalui kunjungan wisatawan mancanegara yang terus berdatangan untuk berkunjung ke negeri nan menawan ini. Mereka mengandalkan bangunan-bangunan megah dan cantik yang sudah berdiri ratusan tahun untuk menarik minat wisatawan. Tidak kurang dari 89 juta wisatawan yang berkunjung ke Perancis, padahal mereka hanya memiliki sekitar 67 juta penduduk. Jumlah pengunjung tersebut menempatkan Perancis sebagai negara paling banyak dikunjungi oleh wisatawan di seluruh dunia.

Walaupun memiliki banyak sisa kejayaan ini, Perancis terus berbenah diri. Mereka menyadari bahwa negara lain pun bersaing untuk menarik wisatawan datang ke negara mereka. Salah satu hal menarik yang kami perhatikan adalah mulai digunakannya bahasa Inggris dalam bercakap di beberapa tempat wisata. Sewaktu kami membeli tiket untuk naik perahu mengelilingi kota Perancis dengan mengarungi sungai Seine, penjual tiketnya lumayan fasih berbahasa Inggris. Dalam perjalanan di kapal pun, bahasa yang digunakan untuk menjelaskan mengenai objek-objek wisata di sekeliling adalah Bahasa Perancis, kemudian diikuti dengan Bahasa Inggris. Selain itu, saat kami diajak untuk malam di restoran Perancis oleh Ibu Rani dan Pak Agung, pramusajinya pun fasik berkomunikasi dalam bahasa Perancis. Hal ini bukan sesuatu yang dapat kami temui dalam beberapa kunjungan kami sebelumnya.

Kejayaan masa lalu memang patut untuk diingat-ingat dan disyukuri, namun bukan menjadi jaminan bahwa kejayaan itu dapat terus dipertahankan pada masa mendatang.  Perubahan demi perubahan pun harus dilakukan untuk mengikuti perkembangan jaman, terutama melihat ketatnya persaingan yang ada. Dari pengalaman singkat kunjungan ke Perancis kali ini pun kami berpikir. Indonesia juga pernah mengalami kejayaan masa lalu yang luar biasa. Saat ini pun kita berupaya melakukan perubahan-perubahan mengikuti perkembangan zaman. Akhir-akhir lumayan banyak prestasi yang diukir, walaupun banyak pula perbaikan yang harus dilakukan. Semoga kita semua dapat berkontribusi untuk memastikan bahwa perbaikan-perbaikan di berbagai sektor dapat terus dilakukan, dan Indonesia terus jaya. Aamiin.

*Executive Director & CEO IPMI International Business School

Founder & Chairman, Proven Force Indonesia Group

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2CMXKb8

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kejayaan Masa Lalu dan Perubahan di Perancis"

Post a Comment

Powered by Blogger.