REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit yang masih single digit di tahun 2019 merupakan salah satu hal yang harus segera diatasi pemerintah pada tahun depan. Hal ini mengingat adanya ancaman dari resesi global.
Menurut Ekonom Senior Indef, Aviliani, hal ini diakibatkan karena loan to deposit ratio (LDR) perbankan masih tinggi sehingga bank sangat selektif dalam memberikan kredit. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan terus meningkat sejak awal 2019, meskipun angkanya masih di bawah 5 persen.
"Penerbitan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 dinilai akan membuat perbankan menjadi lebih pruden. Tapi di sisi lain perbankan harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena berpotensi meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)," ujar Aviliani dalam catatan akhir tahun 2019 Indef tentang 'Mewaspadai Resesi Ekonomi Global', Jumat (20/12).
Ketika CKPN meningkat, tentunya ini akan menggerus Rasio Kecukupan Modal (CAR). Dalam menghitung CKPN, bank akan menggunakan skenario ekonomi di masa depan (forward looking).
Agar permintaan kredit bank dapat meningkat lagi, kata Aviliani, maka perlu stimulus APBN terhadap sektor-sektor produktif. Di sisi lain, pengusaha membutuhkan kepastian dalam berusaha sehingga tidak terus terjebak dalam posisi wait and see.
Ke depannya, jika pemerintah ingin mengeluarkan suatu kebijakan baru maka perlu memandang dari sisi permintaan, bukan hanya sisi penawaran saja.
"Contohnya, selama ini dukungan pemerintah terhadap UMKM masih sebatas supply side (penyaluran KUR), sedangkan dukungan pemerintah dari sisi demand side untuk membantu UMKM melakukan penjualan produk masih relatif kecil," kata Aviliani.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waspadai Resesi, Ekonom Senior Sarankan Ini ke Pemeritah"
Post a Comment