REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Sejak tahun 2015, Diki Waliyudin (35) pernah merasakan nyeri di perut bagian atas. Dirasa tidak mengganggu aktivitas keseharian, Diki mengira bahwa ia hanya menderita sakit maag. Barulah sekitar awal bulan Januari 2019, Diki merasakan sakit tak terkira dibagian perutnya. Walaupun demikian, ia tetap menjalani aktivitas normal. Pertengahan Januari 2019, obat maag yang biasa ia konsumsi pun sudah tak mempan. Akhirnya Diki mengkonsultasikan sakitnya ke dokter terdekat.
“Mulanya saya tetap mengkonsumsi obat maag, tetapi perut malah terasa kembung dan semakin nyeri. Akhirnya tanpa ragu-ragu, saya memeriksakan kesehatan saya, sebelum sakit semakin parah”, cerita Diki, begitu sapaannya, saat ditemui.
Pemeriksaan awal yang dijalani Diki berujung vonis dokter yang mengharuskan ia menjalani operasi. Setelah berkonsultasi dengan dokter gastroenterologi dan melakukan sejumlah pemeriksaan seperti USG, rontgen, dan feses, dokter memutuskan untuk segera dilakukan operasi pengangkatan batu empedu.
“Saat dokter menyatakan harus operasi, saya sempat kaget mendengar keterangan tersebut. Apalagi ini termasuk operasi besar karena harus angkat kantong empedu. Tentunya biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit. Beruntung saya terdaftar dalam Program JKN-KIS, saya tidak perlu cemas memikirkan biaya puluhan juta,” ungkap Diki.
Setelah menjalani prosedur yang ada, dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sampai mendapat rujukan ke salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas dan kompetensi yang mumpuni untuk melakukan tindakan operasi, Diki akhirnya mendapatkan jadwal operasinya.
“Pada tanggal 10 Maret 2019 kemarin saya sudah di rawat inap, karena jadwal operasi saya tanggal 11 Maret 2019. Saya sangat bersyukur, operasi saya berjalan lancar. Batu empedu yang diangkat cukup banyak dan yang paling besar ukuran 1,45 cm. Saya menjalani rawat inap selama seminggu, pada saat kepulangan dari rumah sakit di tanggal 16 Maret 2019 kemarin, keluarga tidak mengeluarkan biaya serupiah pun. Pelayanan yang saya terima, overall semua bagus dan lancar. Saya sangat berterima kasih kepada BPJS Kesehatan telah menjalankan program ini,” kisah Diki.
Saat ditanya terkait harapannya terhadap Program JKN-KIS, Diki dengan penuh keyakinan menyampaikan bahwa program ini harus terus berkelanjutan dan tidak boleh terhenti. Diki berpendapat, tidak semua masyarakat mampu membiayai pengobatan mereka sendiri menggunakan uang pribadi.
“Semua peserta harus menjalani prosedur step by step, jangan rusuh. Masyarakat yang telah memanfaatkan JKN-KIS itu sangat banyak, tidak hanya satu atau dua orang. Selama prosedurnya benar, tidak ada kata rumit dan ribet. Tentunya diluar sana banyak yang sependapat dengan saya. Yakinlah, selama ada JKN-KIS di tangan kita, hati jadi tenang,” ungkap Diki. (ril)
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Q2l88jBagikan Berita Ini
0 Response to "JKN KIS dalam Genggaman, Cemas Hilang Hati Tenang"
Post a Comment