REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membuka tahun 2019, para pecinta film animasi disuguhkan dengan penutup trilogi How to Train Your Dragon. Kali ini film yang mengambil judul How to Train Your Dragon: The Hidden World menyuguhkan kisah akhir antara Hiccup (Jay Baruchel) dan naga Night Fury, Toothless.
Kendati berangkat dari cerita anak-anak, The Hidden World menyuguhkan pesan yang lebih dewasa daripada dua film sebelumnya lebih dari persahabatan dan kerja sama. Kali ini, sutradara Dean DeBlois mengajak penonton melihat cara menemukan kepercayaan diri, mempercayai cinta yang datang, dan bergulat dengan cinta ketika sudah saatnya ia pergi.
Dalam The Hidden World, Hiccup yang dipandang sebagai underdog kini menjadi pemimpin baru untuk sukunya. Hiccup merasa dirinya sudah mewujudkan impian masa kecilnya membuat naga dan manusia hidup berdampingan. Namun, ia harus menghadapi kenyataan naga dan manusia punya dunianya masing-masing. Kemunculan naga putih betina yang oleh Astrid (America Ferrera) disebut sebagai Light Fury mengubah pandangan Hiccup.
Light Fury datang bersamaan dengan hadirnya pemburu naga bernama Grimmel (F. Murray Abraham) yang sepanjang hidupnya memburu Night Fury. Ketika tahu bahwa masih ada spesies Night Fury yang hidup bernama Toothless, Grimmel pun melancarkan strateginya untuk membunuh naga tersebut.
Akibatnya, penduduk Berk harus meninggalkan kampung halamannya untuk mencari tempat baru yang lebih aman. Hiccup pun teringat akan ayahnya yang mengatakan adanya The Hidden World atau dunia tersembunyi. Hiccup meyakini di sanalah seharusnya mereka tinggal.
Saat memproduksi sekuel terakhir ini, DeBlois sadar kunci utama cerita adalah mengeksplorasi hubungan bangsa Viking dengan para naga. Kehadiran Light Fury punya dua fungsi yang menyematkan emosi pada film ini. Light Fury adalah tokoh yang membawa kebahagiaan sekaligus kesedihan. Dia mengingatkan sifat alami naga liar yang akan menyerang manusia. Di sisi lain, Light Fury bak singa betina yang membawa kembali Toothless ke padang savana. Dia ada untuk mengajak Toothless kembali ke rumah yang sebenarnya.
Agar penonton tidak membenci Light Fury, DeBlois membangun karakter naga putih ini sebagai makhluk yang mempesona dan punya ciri khas tersendiri. Salah satu adegan paling ikonik adalah ketika Toothless dan Light Fury berkencan di tepi pantai. Suasana yang terbangun sangat romantis dengan iringan musik oleh komposer John Powell.
Bagi penonton anak-anak, film ini sangat menghibur karena penyampaian makna cukup sederhana dengan banyak adegan-adegan yang memancing tawa. Pertarungan para naga dan penampakan dunia tersembunyi juga ditampilkan dengan visual cantik penuh warna yang memanjakan mata.
Dalam sekuel penutup ini, Toothless harus menghadapi konflik kesetiaan. Bagaimana hubungan yang akan tercipta antara Hiccup, Toothless, dan Light Fury? Bagaimana pula taktik Hiccup dan kawan-kawannya melawan serangan Grimmel yang mematikan? Jawabannya akan anda temukan saat film adopsi novel Cressida Cowel ini tayang perdana di bioskop pada Rabu (9/12).
from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2QwvNHdBagikan Berita Ini
0 Response to "How To Train Your Dragon 3, Babak Akhir yang Mengaduk Emosi"
Post a Comment