REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra/Wartawan Republika
Rumah sederhana di Jalan Koto Marapak 17 Kota Padang, Sumatra Barat pagi itu terlihat ramai. Sedikitnya ada 15 perempuan, rata-rata berprofesi sebagai pelaku usaha kuliner rumahan, berkumpul di teras rumah Martinneke (83 tahun) yang disulap jadi ruang belajar. Mereka sedang mengikuti pelatihan tata boga yang sudah dimulai sejak September 2018 lalu.
Pagi itu, seorang petugas dari Dinas Perdagangan Kota Padang juga hadir untuk memberikan penjelasan soal pemasaran produk kuliner. Semuanya terlihat asyik mendengar penjelasan, termasuk Martinneke yang memilih duduk tenang di sudut depan, di samping pembicara. Deru bising sepeda motor yang lalu-lalang di jalanan depan rumah Martinneke tak menyurutkan semangat peserta untuk belajar soal bisnis kuliner.
Kehidupan sehari-hari Martinneke saat ini terbilang masih produktif bila disandingkan dengan fakta bahwa usianya sudah lebih dari 80 tahun. Setiap hari, ia bergaul dengan ibu-ibu rumah tangga, pelaku usaha kuliner rumahan, atau perintis UMKM di Kota Padang. Martinneke adalah guru, pelatih, sekaligus ibu bagi ribuan murid-murid yang ia latih sejak 1982 silam saat Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) miliknya berdiri.
Tak sekadar urusan tata boga, Martinneke juga mahir dalam hal merangkai bunga atau populer dengan julukan ikebana. Bahkan sebetulnya, nama Martinneke lebih dikenal sebagai perangkai bunga Istana Kepresidenan ketimbang penguji tata boga. Baginya, sudut-sudut Istana Negara dan Istana Merdeka tak lagi asing karena saban tahun disambanginya.
Kehidupannya selama 36 tahun belakangan tak lepas dari aktivitas mengajar tata boga dan merangkai bunga. Namun tak bisa dipungkiri, kursus memasak lebih diminati ketimbang merangkai bunga.
Kini peserta pelatihan yang dia kelola lebih banyak tertarik untuk belajar tata boga ketimbang merangkai bunga. Soal ini, Martinneke tak mempermasalahkan. Baginya, seorang perempuan harus memiliki ketrampilan agar bisa mandiri, termasuk melalui keahlian tata boga.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2APzgKVBagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Martinneke, Perangkai Bunga Langganan Presiden"
Post a Comment