Search

Peneliti LSI: Kampanye Negatif Senjata Efektif di Pilpres

Menurut peneliti LSI, sampai kapanpun kampanye negatif akan terus digunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar menilai, kampanye negatif menjadi 'senjata' efektif dalam kontestasi politik seperti pilpres dan pemilu. Menurunya, kampanye negatif bisa mempengaruhi dan menjatuhkan elektabilitas kubu lawan.

Rully mengatakan, ketika dua kubu sama-sama memiliki modal kekuatan yang seimbang, salah satu cara untuk menggerus kekuatan lawan adalah dengan cara kampanye negatif. Karena itu, dalam kompetisi politik kampanye negatif akan terus dilakukan.

"Sampai kapanpun ini masih tetap efektif, karena ini kompetisi," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/10).

Ketika ada kompetisi, kata dia, setiap partai atau calon akan melalukan perbaikan sebagai kontestan. Jika posisinya sama, menurut dia, mau tidak mau partai harus melakukan kampanye negatif untuk menjatuhkan lawan. Namun, kampanye negatif harus dilakulan dengan memberikan fakta yang pernah disampaikan lawan. Dengan begitu, akan timbul antipati masyarakat pada partai atau sosok yang menjadi sasaran kampanye hitam.

"Negative campaign itu gak ada masalah. Semua dalam kompetisi politik pasti akan menggunakan negative campaign, men-downgrading lawan dengan fakta negatif dari lawan itu sendiri," ujarnya.

Karena itu, Rully menilai, pernyataan sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menganjurkan penggunaan kampanye negatif bukanlah sebuah masalah. Ia juga meyakini, yang akan disampaikan PKS adalah fakta negatif dari lawan. Misalnya, kata dia, PKS akan mengungkit persoalan harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik.

"Ini kan sifatnya fakta untuk menjatuhkan Jokowi (Joko Widodo). Hal ini lazim digunakan untuk semua kompetisi," ucapnya.

Dalam rilis hasil survei LSI pada September 2018, PKS disebut sebagai satu dari lima partai yang masih harus berjuang lolos ambang batas parlemen. Elektabilitas PKS hanya 3,9 persen, di bawah aturan parliamantery threshold sebesar 4 persen. Empat partai lainnya di antaranya PPP 3,2 persen, Nasdem 2,2 persen, Perindo 1,7 persen, dan PAN 1,4 persen. Survei itu memiliki margin of error 2,9 persen.

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2IZVnlu

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Peneliti LSI: Kampanye Negatif Senjata Efektif di Pilpres"

Post a Comment

Powered by Blogger.