REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kritik merupakan perkara yang lumrah terjadi dalam interaksi antarsesama. Dan, tak jarang diperlukan sebagai upaya peringatan dan nasihat atas perilaku, tindakan, sikap, bahkan kebijakan, misalnya, yang dinilai tidak melenceng dari norma.
Prof Murad bin Ahmad al-Qudsi, an-Naqdal-Haddam; madzhahiruhu, asbabuhu, ‘ilajuhu, mengatakan, tak semua bentuk kritik itu patut disampaikan. Kategori kritik yang dianjurkan ialah kritik yang mengarah kepada kebaikan dan sarat dengan spirit positif. Sebaliknya, ada jenis kritik yang patut dihindari, yaitu bentuk kritik destruktif yang sarat dengan energi negatif dan cenderung merusak.
Ia mengatakan, ada beberapa in dikator kritik destruktif, seperti me nyerang secara personal pihak yang dikritik. Kekurangan yang bisa jadi tidak berkorelasi langsung dengan kompetensinya: cacat fisik, misalnya, dijadikan sebagai amunisi yang jitu.
Indikator lain, katanya, yakni menilai negatif seseorang tanpa ada bukti yang kuat, menghujat orang yang bersangkutan tanpa disertai dengan penilain objektif dan proporsional. Beberapa tanda kritik destruktif itu, bisa diketahui dan dibaca melalui seberapa besarkah kadar objektivitas penilaian seseorang.
Menurut Prof Murad, kritik tercela itu muncul akibat beberapa faktor, di antaranya kecemburuan sosial dan rasa dengki dari pengkritik. Ini didorong oleh nafsu dan amarah yang berkecamuk dalam diri pelaku kritik. Tak mudah memang menekan emosi dan sentimen melihat mereka memiliki kelebihan.
Prof menguraikan penyebab pemicu kritik destruktif lainnya, yakni fanatisme berlebihan terhadap tokoh, tradisi, atau pandangan. Padahal, semua perkara yang diyakininya tersebut belum tentu atau bahkan sudah benar sekalipun. Sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Mas’ud, mengatakan, tak ada istilah keteladanan atau panutan dari keburukan.
Faktor penyebab yang cukup sepele, tapi juga sangat berpengaruh ialah kurangnya produktivitas umat. Waktu yang tersedia, seringkali dilalui begitu saja tanpa memanfaatkannya secara optimal. Ini cukup melalaikan. Kekosongan aktivitas bisa menjerumuskan siapapun melakukan hal yang kurang elok, termasuk melancarkan kritik ke sana kemari.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2NUMAqTBagikan Berita Ini
0 Response to "Menghindari Kritik Destruktif"
Post a Comment