REPUBLIKA.CO.ID, Ungkapan, "Tidak ada seteru abadi dalam politik" memang selalu tepat. Salah satu contohnya seperti yang diperlihatkan oleh Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief.
Belum lekang dari ingatan bagaimana Andi Arief membuat gaduh dunia perpolitikan pada awal Agustus lalu ketika dia membongkar dugaan mahar politik di balik pemilihan Sandiaga Uno sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto. Andi Arief lewat cicitan di akun Twitter-nya tiba-tiba menyebut Prabowo dengan julukan 'jenderal kardus'.
Saat itu, Andi menilai Prabowo itu lebih mementingkan politik uang daripada komitmen 'perjuangan' yang sudah lebih dahulu terbentuk. Uang yang dimaksudkannya, sebut politikus Partai Demokrat itu, adalah dari Sandiaga Uno. Menurutnya, wakil gubernur DKI Jakarta itu telah memberikan sejumlah besar dana agar berhasil menjadi calon wakil presiden RI, mendampingi Prabowo.
Sementara itu, masih menurutnya, Prabowo cenderung memilih Sandiaga yang tidak lain kader Partai Gerindra untuk ikut maju selaku cawapres di Pilpres 2019. Akibatnya, pilihan Prabowo itu lebih menguntungkan partai-partai selain Demokrat di koalisi Prabowo.
Bagi Andi, inilah momentum yang tepat untuk partai berlambang bintang mercy itu menarik dukungan terhadap pencalonan mantan perwira TNI-AD tersebut. Kebuntuan komunikasi antara Demokrat dan Gerindra dinilainya sudah final.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun sempat ikut ketiban getah. Pada Kamis (9/8) pagi, situs PKS diretas. Laman utama http://pks.id menampilkan kata-kata berikut.
“Halo jenderal kardus. Halo jenderal kardus !!! Jenderal kami jadi ingat terkait tragedi 1998, mundurlah dari partaimu, apa yang dikatakan Andi Arief adalah benar adanya, Sandiaga sogok PAN & PKS 500 milyar! hidup jenderal kardus!”
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menolak untuk menanggapi tudingan Andi Arief. Sementara, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga Mauladi saat itu meminta agar Partai Demokrat segera menertibkan para kadernya.
Dalam perjalanannya, kegaduhan politik akibat cicitan Andi Arief itu ternyata tidak berujung pada pembatalan Demokrat mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap menandatangani kesepakatan koalisi dan anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut mengantar Prabowo-Sandiaga mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Banwaslu) RI pun telah menyatakan, dugaan mahar sebesar Rp 1 triliun oleh bakal cawapres Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS tidak terbukti. Hal ini diungkapkan Ketua Bawaslu, Abhan, dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (31/8).
"Bahwa terhadap pokok laporan nomor 01/LP/PP/RI/00.00/VIII/2018 yang menyatakan diduga telah terjadi pemberian imbalan berupa uang oleh Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS pada proses pencalonan presiden dan wakil presiden tidak dapat dibuktikan secara hukum," kata Abhan menjelaskan.
Abhan mengatakan, setelah menerima laporan pada 14 Agustus 2018 dari Wakil Ketua Umum LSM Federasi Indonesia Bersatu, Frits Bramy Daniel, pihaknya langsung melakukan tindak lanjut. Selanjutnya, Bawaslu juga telah melakukan pemeriksaan dengan mengundang terlapor dan saksi-saksi untuk melakukan klarifikasi terkait peristiwa yang dilaporkan.
Dari tiga saksi yang diajukan oleh pelapor, satu saksi, yakni Andi Arief tidak dapat didengarkan keterangannya karena tidak memenuhi undangan yang telah disampaikan oleh Bawaslu sebanyak dua kali. Ketidakhadiran Andi Arief memenuhi undangan Bawaslu menjadikan laporan Frits tidak mendapat kejelasan.
Baca juga:
[video] Gaji PNS Naik, Prabowo: Ingat Masyarakat Miskin
Prabowo superstar
Kini, jelang penetapan pasangan capres-cawapres oleh KPU, Andi Arief menyebut Prabowo sebagai seorang superstar. Julukan Andi untuk Prabowo itu menyinggung bagaimana kubu lawan (Joko Widodo-Ma'ruf Amin) menunjuk pengusaha Erick Thohir sebagai ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma;ruf.
Andi menilai, terlalu banyak bintang di kubu Jokowi-Ma'ruf. "Kalau di sana superstar-nya ada Pak Jokowi dan Pak Erick Thohir, yang mau dipilih yang mana?" katanya seraya tertawa, Ahad (9/9).
Menurut Andi, dalam suatu koalisi pilpres, tidak boleh ada banyak superstar. Superstar itu harus satu orang.
"Yang perlu kita tahu superstar dalam pemilu ini adalah Prabowo, jadi dialah superstar-nya itu," kata Andi ditemui di Mega Kuningan, Ahad (9/9).
Andi Arief menyatakan, SBY akan kembali bertemu Prabowo pada Rabu (12/9) malam. Andi menyebut pertemuan yang akan dilaksanakan di kediaman SBY di Jalan Mega Kuninga, Jakarta itu akan membahas terkait kepentingan pilpres dan pileg yang berjalan bersamaan.
Andi menilai pelaksanaan antara pileg dan pilpres yang bersamaan perlu diatur. Tujuannya, agar seluruh partai di koalisi bisa merajut kesuksesan pada dua ajang pemilihan tersebut.
"Jadi hal-hal semacam itu harus kita atur. Misal PKS di NTT nggak mungkin PKS di NTT mengkampanyekan Prabowo. PAN di NTT mengkampanyekan Prabowo juga saya rasa berat iya kan?" ujarnya.
Menarik ditunggu, apakah Andi akan kembali mengeluarkan julukan baru untuk Prabowo, pada pertemuan hari ini.
from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Nzvg9YBagikan Berita Ini
0 Response to "Dulu 'Jenderal Kardus' Kini Superstar: Andi Arief ke Prabowo"
Post a Comment