Search

Keterpeliharaan Alquran

Alquran terpelihara dari semua penambahan dan pengurangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Nabi SAW masih hidup, ayat-ayat suci Alquran sudah ditulis di pelepah kurma, kulit kambing, hingga tulang belulang. Namun, pada umumnya, Alquran ada pada ingatan para sahabat.Sedikitnya orang yang pandai menulis membuat ingatan mereka dalam menghafal begitu kuat.

Catatan Alquran berserak di beberapa sahabat semisal Ubay bin Ka'ab, Tsabit bin Qais, dan Zaid bin Tsabit. Kedua anak Abu Sufyan, yakni Muawiyyah dan Yazid pun mencatat ayat-ayat tersebut setelah memeluk Islam dan pindah ke Madinah. Sahabat lainnya, yakni Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid hingga Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul juga mencatat ayat-ayat suci itu.

Ketika Nabi SAW hidup, semua catatan tersebut belum terkumpul. Namun, setelah Rasulullah SAW wafat, Alquran dikumpulkan menjadi satu pada masa Abu Bakar. Tersebutlah mushaf.

Pada zaman Abu Bakar as-Shiddiq, terjadi pemberontakan di Yamamah. Ada seseorang yang mengaku sebagai nabi agar terlepas dari kekhalifahan Islam. Dialah Mu sailamah. Abu Bakar mengirim pasukan. Musailamah pun bisa dikalahkan.Namun, peperangan tersebut menelan banyak korban. Di antaranya, 600 orang peng hafal Alquran syahid. Memang masih banyak sahabat penghafal Alquran, tetapi perang masih menunggu di masa depan.

Umar bin Khattab pun mengusulkan kepada Abu Bakar supaya Alquran dibukukan saja. Abu Bakar harus mempertim-bangkannya karena Rasulullah SAW tidak pernah berwasiat tentang itu. Pada akhirnya, dia menerima usulan Umar. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit, seorang pemuda yang baik pekertinya untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.

Segala catatan di tulang unta, kulit kam bing, dan pelepah kurma pun dikumpulkan. Materi yang kurang lantas diminta perbandingannya kepada para penghafal Alquran. Sampai akhirnya, pekerjaan tersebut berhasil diselesaikan. Alquran pun tersusun menurut susunan yang diterima dari Nabi SAW. Penyusunan Alquran dis- aksikan empat sahabat utama yang masih hidup (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali)beserta banyak sahabat lainnya.

Setelah pekerjaan itu selesai, naskah lama yang berserakan itu pun dibakar. Naskah baru itu dipegang oleh Abu Bakar sendiri. Setelah Abu Bakar wafat, Umar memegang naskah tersebut hingga wafat.Ummul Mukminin Hafsah, istri Rasulullah dan putri dari Umar mewarisi naskah itu.

Kaum Muslimin lantas bertebaran ke sekeliling tanah Arab. Mereka ke Mesir dan ke tempat yang lebih jauh lagi. Setiap tahun, mereka naik haji dan berkumpul di Makkah. Pada satu waktu, Huzaifah al Yamani datang kepada Utsman. Dia kembali dari peperangan bersama ahli negeri Syam menaklukkan Armenia. Dia pun menakluk kan Azarbeijan bersama warga Irak.

Di sana, Huzaifah terkejut karena bacaan mereka sangat berbeda. Dia berkata kepada Utsman, Kejarlah lekas umat ini, sebelum mereka bertikai berselisih sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani.

Huzaifah mengutus orang kepada Hafsah. Dia meminta dikirimkan mushaf untuk disalin dan berjanji akan mengembalikannya. Dia pun memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit menyusun dan menyalin mushaf pertama tersebut. Utsman menyuruh tiga orang Quraisy lainnya agar menjadi beberapa mushaf. Dia berkata kepada mereka agar mushaf itu disusun dengan lidah Quraisy karena Alquran diturunkan dengan lidah mereka.

Mushaf salinan itu pun dikirim ke berbagai penjuru dunia. Diantaranya, Kufah, Bashrah, Damaskus, hingga Makkah. Utsman memerintahkan agar mushaf selain yang disalin tersebut agar dibakar. Tujuannya untuk menghilangkan perselisihan diantara umat Islam. Adapun mushaf asli disimpan Utsman yang diberi nama al Mushaf al-Imam.

Sementara, perkembangan Islam kian pesat. Banyak bangsa non- Arab kemudian masuk Islam dan mem- pelajari Alquran. Sedangkan, mushaf yang ditulis pada zaman khalifah Utsman belumlah memiliki titik dan tanda baca. Abul Aswad ad-Du'ali (69 H) kemudian membuat tanda baca tersebut. Nashr bin Nashim al-Laitsi (90 H) kemudian menyem- purnakannya.

Alquran terpelihara dari semua penamba han dan pengurangan. Semua proses yang dialaminya menunjukkan jika Al quran yang kita baca hari ini sama dengan yang dibaca para sahabat 15 abad lalu. Sesungguhnya Kami yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya.

(QS al-Hijr ayat 9).

Segenap serangan orientalis dari dulu hingga kini tak pernah bisa dibuktikan.Buya Hamka pun mendengar langsung pujian dari Prof Hendon ketika diajak berkeliling ke Universitas Yale pada Oktober 1952. Ketika itu, mereka sedang merayakan selesainya pekerjaan besar, yakni penyalinan kitab Bibel bahasa Inggris dari salinan yang lama dari zaman pemerintahan King James pada 1612. Pekerjaan itu dilakukan oleh 40 gereja yang membentuk satu panitia. Mereka bekerja selama 15 tahun untuk menyalin naskah tersebut sesuai dengan bahasa sekarang ini. Bahasa Inggris sudah sangat jauh perkembangannya diban ding pada masa King James.

Prof Hendon pun berkata kepada Buya Ham ka mengenai pekerjaan itu. Beruntunglah tuan orang Islam! Sebab tuan mem punyai Alquran yang tidak usah diperkomitekan dan dipanitiakan. Sebab tuan mempunyai bahasa suci dan tetap.Bahkan, bahasa Arab yang terpakai setiap hari yang harus disesuaikan dengan Alquran. Bukan Alquran yang menyesuaikan dengan perkembangan bahasa.

Tak hanya itu, orisinalitas ayat-ayat Alquran bahkan terjaga hingga kini. Kita bisa uji mushaf tertua dengan usia 1.370 tahun yang ditemukan di Universitas Birmingham pada 2015. Isinya sama dengan mushaf saat ini. Hal ini dikatakan sendiri Profesor Universitas Birmingham yang ahli dalam Kristen dan Islam David Thomas.(Disadur dari Pelajaran Agama Islam 2 oleh Hamka).

Let's block ads! (Why?)

from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2PzhFNU

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Keterpeliharaan Alquran"

Post a Comment

Powered by Blogger.